Nasib Anak Kost, Part 3 (akhirnya
....)
Sore itu hari Sabtu. Jam baru
menunjukkan pukul 6 lebih sedikit. Semua orang pergi ke acaranya masing-masing,
kecuali aku. Aku bengong aja sendiri. Nggak ada janji dengan siapapun, nggak
punya seseorang untuk diapelin. Aku nggak tau bahwa hari itu akan jadi babak
baru dalam hidup saya.
Abis mandi, aku pakai kaos santai
dan celana pendek (tanpa underwear, biar lebih adem). Iseng, aku buka-buka file
di komputerku. Mulanya sih sekedar liat isi komputer lewat Windows Explorer.
Akhirnya mah, biasa, mentoknya ke folder favoritku. Itu tuh, gambar-gambar
hasil download internet (aku biasa surfing di War-net deket kampus. Jam-jam
kosongnya aku udah apal, maklum untuk download gambar2 yang 'cool' sekaligus
'hot' untuk kita-kita tentu nggak bisa sembarang waktu !). Gambar-gambar itu
betul-betul panas, it certainly turned me on !
Lalu ada tulisan-tulisan yang aku
ambil dari Men On the Net. Yang menarik sore itu antara lain tentang pelajaran
"menyedot" (ada di bawah judul Tutorial, kalau ada yang mau liat
langsung). Pelajarannya lengkap, 14 langkah untuk menjadi cocksucker yang
handal. Wah, mantap man. Pikiranku melayang ke mana-mana, persis seperti judul
lagunya Januari Kristi. Andai saja aku punya kesempatan untuk mempraktekkannya.
Lalu terdengar suara motor masuk
pelataran. Tanpa liatpun aku udah tau itu motor si Ary. Dia punya jadwal basket
setiap Sabtu sore. Biasanya sih pulang sebentar, mandi, ganti baju lalu ngacir
lagi entah ke mana. Dari dalam kamar, aku denger dia membuka kunci kamarnya.
Nggak lama, dia jalan ke kamar mandi. Ngelewatin kamarku yang sengaja kututup
pintunya, dia cuma teriak, "Lex, lu nggak ke mana-mana ?" "Nggak
euy", jawabku.
"Lagi ngapain lu ?",
tiba-tiba dia buka pintu kamarku. Sepintas dia keliatan udah mandi. Pakaiannya
tetap yang itu; T-shirt butut dan celana gombrangnya ("Wah, pakai celana
dalam nggak ya?", pikiran nakalku mulai beraksi). Cepat aku minimize Corel
Photo Paint-ku yang lagi memperlihatkan foto 3-in-1 ( Sambil loco barangnya
sendiri, cowok yang paling kiri nyedot yang tengah, yang tengah nyedot yang di
kanan). "Lho, nggak jalan lu Ry ?", tanyaku. "Nggak ah, lagi
males gua ! Lagian basket tadi capek banget", balasnya. Tanpa basa-basi
dia langsung masuk dan duduk di kasurku. Yang ada di layar monitor saat itu
Freecells kesukaanku. Dia memperhatikan dari belakang, ngobrol sana-sini yang
nggak jelas sambil sekali-sekali ngomentarin kartu mana yang musti dipindahin.
Lalu pembicaraan berpindah ke
basket. Dia ceritain tentang basketnya sore itu. Aku nanggapin secukupnya,
pokoknya jangan sampai dia keluar lagi sore ini. "Kalau lu mau, gua bisa
pijetin lu !", tiba-tiba mulutku bicara. Aku nggak tau dari mana itu
keberanian muncul. "Boleh juga", dia bilang. And I thought it was my
time to take the chance !!!!!
"Tiduran deh", kubilang
sambil berdiri ambil minyak. Nggak lupa, aku kunci pintu kamar. Sekedar
jaga-jaga. Lalu dia telungkup, mukanya dihadapkan ke kanan. Aku lalu duduk di
samping kanan badannya. Matanya terus ngeliatin aku. Aku mulai dari kaki
kanannya. Mula-mula telapaknya, lalu naik ke betis. Aku mengagumi kebagusan
badannya. Well-built, kata orang Amrik sih. Merasakan kekenyalan ototnya, juga
bulu-bulu kakinya yang cukup lebat, aku merasa celana aku menjadi agak sesak.
Ada sesuatu yang berdenyut-denyut di dalamnya.
Sampai di paha, aku singkapkan pipa
celananya sampai batas pantatnya. Matanya tertutup sekarang, mulutnya sedikit
menyungging senyum. Nggak ada reaksi lain selain mengangkat sedikit pahanya
supaya pipa celananya itu bisa naik maksimal. Malah pipa celana kirinya dia
sendiri yang singkapkan. Bingung juga aku, kenapa dia nggak ada reaksi apa-apa
sampai sejauh ini. Ya aku pijit aja pahanya yang berbulu itu dari bawah ke
atas. Waktu tanganku memijat paha bagian dalamnya, sengaja aku mendorong
jari-jari aku sampai menyentuh kantongnya. Aku pijit pangkal pahanya agak lama.
Tetap tanpa reaksi !!! Aku sendiri yang kelimpungan.
Lalu aku pindah ke sebelah kiri
badannya. Seperti tadi, mulai dari telapak kaki, kemudian betis dan berakhir di
paha.
Kemudian aku beralih ke pantatnya.
Sekali sentuh, aku bisa mengambil kesimpulan. Dia pakai celana dalam. Aku
tekankan kedua ibu jari ke daging pantatnya yang cukup keras itu, dan aku buat
gerakan melingkar. Belalainya di bawah sana tentu merasakan tekanan itu. Sesuai
pengalaman, kayaknya sih nggak ada orang yang bisa tahan nggak ngaceng kalau
pantatnya diperlakukan seperti itu. Aku minta dia longgarkan kancing celananya
supaya aku bisa memijat pantatnya dengan lebih leluasa. Tanpa protes, dia
ikutin. Malahan dia sekalian menurunkan celana gombrangnya itu sampai lutut,
kemudian dengan menggunakan jari-jari kakinya, dia lepaskan celana itu sama
sekali dari badannya. Yang tinggal cuma CD-nya doang. Melanjutkan prosesi, aku
turunkan bagian belakang CD-nya sampai pantatnya keliatan semua, lalu aku tekan
tulang ekornya dan juga daerah seputar lubangnya (Eh, mau tau nggak, ternyata
pantatnya juga berbulu sampai seputar lubangnya !) Dia sedikit mengerang waktu
aku lakukan itu. Selesai itu, aku naikkan lagi elastik CD-nya ke pinggang. Aku
nggak mau pesta ini terlalu cepat berakhir.
Aku lalu minta dia untuk buka
T-shirtnya. Dia angkat kepalanya sedikit, ditatapnya mata aku sebentar, lalu
dia mengikuti permintaan aku. Mula-mula dari samping tubuhnya aku memijit
tengkuknya, lalu turun ke bahu, terus ke punggung, Mukanya dipalingkan ke
arahku. Matanya ! Rasa-rasanya dia punya mata ngeliatin aku terus, terutama
daerah pangkal pahaku. Sampai saat akan memijat pinggangnya, aku duduki
pantatnya. Sekali-sekali sengaja aku goyangkan badanku, supaya daerah
pinggulnya ikut bergerak. Dia pasti menyukai tekanan dan gesekan yang dialami
kontolnya, soalnya dia mengeluarkan suara-suara keenakan saat aku melakukan itu.
Di tempat-tempat yang aku rasakan ada strain, tentu saja aku bantu
melemaskannya (aku belajar juga tentang ini, dan aku musti bisa memuaskan klien
dong !) Tapi, jujur aku katakan, sesungguhnya ini proforma saja, sebelum sampai
di daerah sasaran utama. Sesekali dia memuji kepandaianku memijat.
Lalu sampailah pada saat yang
ditunggu-tunggu. Aku suruh dia balikkan badannya. Tanpa tunggu perintah ke dua,
dia segera balikkan badannya. Dan tanpa malu-malu barangnya ngaceng di balik
celana dalamnya. Dia nggak berusaha menutupinya sama sekali. Wow !!! Aku liat
ada sedikit noda basah di celananya. It's his precum
Walaupun aku mulai nggak sabar, aku
belum mau menuju daerah terlarang itu. Aku mau menyisakannya untuk babak
terakhir. Aku pijit dulu bagian dadanya, bagian yang aku sukai dari badannya
(sebelum aku kenal bagian lainnya itu, tentu saja !)
Puting susunya menegang waktu aku
urut dadanya yang berbulu itu. Tanpa bisa ditahan lagi, jariku bermain-main di
seputar putingnya itu. Dia tetep tutup mata, dan nampak tak berkeberatan aku
berkelana di atas badannya.
Sampai di perut, aku mengagumi otot
perutnya. Begitu keras! Dan bonggol-bonggol otot di perutnya begitu seksi
walaupun tertutupi dengan bulu-bulu halus. Karena harus mengurut perutnya dari
bawah ke atas, aku menurunkan sedikit elastik cd-nya. Aku geser sedikit
kontolnya ke arah kiri sehingga dia melintang di dalam CD. Dia nggak berusaha
mengelak waktu aku menyentuh penisnya. Di lubang kencingnya tampak titik
bening. Ternyata memang sudah keluar tuh mani beningnya. Cepat aku selesaikan
urusan pijat di daerah perutnya tanpa ngutak-ngatik penisnya lagi.
Sambil tetap duduk sila di kanan
badannya (Waktu dia telungkup, aku ada di kiri badannya, tapi setelah
terlentang tentu ada di kanannya), aku ambil tangan kanannya. Sengaja
kuletakkan jari-jari tangannya di atas selangkanganku. Aku mulai pijit otot
deltoidnya. Wah, dia memang punya otot yang bagus di seluruh tubuhnya. Rupanya
pada awalnya dia nggak sadar di mana jari-jarinya berada. Belakangan
jari-jarinya mulai meraba-raba celanaku. Kubiarkan saja (memang itu yang aku
tunggu !!)
Pindah ke bagian kiri tubuhnya, aku
lakukan hal yang persis sama. Jari-jari tangan kirinya kuletakkan di
selangkangan. Kali ini dia lebih pintar dan lebih aktif meraba-raba. Dia berusaha
temukan penisku dan dia raba dari pangkal sampai ujungnya. Bahkan paha sayapun
diraba-rabanya. Jarinya berusaha memasuki celah celana pendek aku, tapi posisi
silaku menghalangi dia untuk bisa sampai ke sasaran. Oh, yang dia lakukan hanya
menambah sempit celana pendekku saja.
Selesai semua, aku pindah ke bawah.
Aku pijat paha depannya. Berkali-kali aku lihat penisnya berontak minta keluar
dari sarangnya. Lalu tanganku bergerak menuju pinggangnya dan tiba-tiba aku
menarik celana dalamnya ke bawah. Dan, there he was, berbaring telanjang di
kasur kamarku dengan penis ngacung ke atas, berdenyut-denyut seirama dengan
denyut jantungnya !!!
Lalu aku buka kedua pahanya
lebar-lebar, aku bergeser mendekat. Tangan kananku menyusuri paha dalamnya
mulai dari lutut dan berakhir di bijinya. Aku ulurkan tangan kiri aku, aku
remas batangnya. Dia mengerang. Perlahan aku mulai mengurut batangnya yang
keras dan hangat itu, dari atas ke bawah. Nafasnya mulai memburu.
Sementara tangan kananku menari-nari
di atas mainan barunya, tangan kiriku meraih pangkal penisnya dan menegakkan
penisnya. Mukaku merunduk mendekati sasaran. Hidungku segera menangkap aroma
laki-laki yang begitu kuat memancar dari daerah selangkangannya, bau erotik !!
Aroma itu memperbesar gairahku. Nggak sabar, aku buka T-shirtku. Aku hanya
tinggal pakai celana pendek.
Aku jilat lubang kencingnya, rasa
asin-asin-licin. Nggak sampai hitungan menit, kepalanya yang besar dan agak
keunguan itu sudah bersarang di dalam mulut. Kuemut kuat-kuat sampai pipiku
kempot. Dia mengerang lebih kuat. Waktu aku gelitiki daerah V terbaliknya
dengan ujung lidah, dia menggelinjang. Dia tusukkan kontolnya ke dalam mulutku,
sampai-sampai aku harus tahan pinggulnya dengan tangan biar aku nggak keselek.
Aku lepaskan kepalanya dari mulutku,
sejenak aku mengagumi penisnya. Lebih besar dan lebih seksi dari yang aku
bayangkan. Vena-venanya tampak jelas di permukaan penisnya. Lalu lidahku mulai
menyusuri bagian bawah batangnya. Iseng, aku gelitiki lagi daerah pertemuan
batang dengan kepalanya sampai Ary menggelinjang kegelian.
Lalu aku terus turun sampai ke
kantungnya. Geli terasa di seputar mulut terkena baoknya. Lidahku mulai
menjilati bijinya, terus naik ke pangkal batangnya sampai ujung penisnya.
Persis seperti anak-anak lagi jilat es krim kesukaannya, aku ulang-ulangi
kegiatan itu. Kantung .... batang .... kepala .... kantung .... batang ....
kepala ... kantung .....
(Kata tulisan yg di MOTN itu sih,
kegiatan itu nggak akan bikin seseorang cepet keluar !)
Puas begitu, aku kembali lagi ke
kepalanya. Aku masukkan seluruh kepalanya ke dalam mulut, lalu aku emut-emut.
Dia mengerang. Lalu sedikit demi sedikit batangnya aku telan. Nggak lebih dari
separo barangnya yang 19 cm itu bisa masuk. Kalau aku coba lebih jauh, rasanya
mau muntah. Lidah aku bergoyang-goyang di dalam, mengelus kepalanya, menyusuri
coronanya, menggoyang-goyang batangnya.
Kemudian aku rasakan tangannya
meraih kepalaku dan menekan kepala aku itu ke bawah. Dia nggak mau dilepaskan
lagi. Maju mundur aku gerakkan kepala aku. Kalau dia angkat pinggul terlalu
tinggi aku tekan dengan tangan aku. Ke luar masuk barangnya di dalam mulutku.
Makin lama makin cepat, makin liar. Untuk menyervis batangnya yang nggak bisa
masuk ke dalam mulut, aku gunakan kedua tanganku. Bergantian naik turun sampai
pangkal batangnya. Erangan, desahan, teriakan tertahan, keluar dari mulutnya.
Makin lama makin kuat, makin tak terkendali. Tangan kirinya mencengkram bahuku,
sementara tangan kanannya menekan kepalaku lebih ke bawah, menggenggam
rambutku. Gerakan mulutku makin cepat, maju-mundur-maju-mundur. Barangnya
keluar-masuk-keluar-masuk. Makin lama makin cepat. Makin lama makin semangat.
Tiba-tiba aku rasakan badannya mengejang! Pantatnya diangkat tinggi, menusukkan
penisnya lebih dalam ke mulut aku sampai aku tersedak. Dia sudah sampai di
finish!
Karena ingin mengulang apa yang
pernah kulihat tempo hari dari para dan aku nggak ingin dia keluar dalam mulut
aku (setidaknya tidak malam itu) aku genggam kuat-kuat pangkal penisnya dengan
tangan kiriku. Kontolnya mengejat-ngejat dalam mulut. Terasa ada denyutan di
pangkal penisnya itu. Aku lepaskan barangnya dari dalam mulut, aku lanjutkan
sedikit menggosok kontolnya dengan tangan kanan, lalu aku acungkan penisnya
tegak lurus ke langit-langit. Waktu aku lepaskan genggaman tangan kiriku dari
pangkal penisnya, semprotan air maninya muncrat tinggi sekali, kemudian
meluncur turun. Sebagian besar mendarat di perutnya, sisanya kena muka dan
rambutku serta seprei kasurku. Kontolnya masih berdenyut beberapa kali, mengeluarkan
sisa muatannya. Lahar putih mengalir menuruni batangnya yang masih aku acungkan
ke atas dan tertahan di pangkal penisnya yang penuh bulu.
Sekarang giliran aku ! Cepat aku
buka celana pendekku. Kontolku belepotan mani bening. Telanjang, aku lompat ke
samping kanannya. Miring kiri, aku rapatkan badanku yang basah oleh keringat ke
badannya yang juga banjir keringat. Penisku merapat pada pahanya. Dia
mengelus-elus kepalaku. "Bukan kepala atas yang butuh belaian, Ry !",
kataku dalam hati. Lalu tangannya aku ambil dan kutuntun ke bawah, ke tempat
barangku yang sudah nggak sabar menunggu. Dia menggenggam kontolku. Pelan-pelan
dia mulai menggerakkan tangannya sepanjang barangku. Oh, dia mengulangi lagi
kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu. Aku diloconya.
Supaya lebih licin, aku colek mani
yang numpuk di perutnya, lalu aku oleskan ke kontolku sendiri. Dia mengikuti.
Dijauhkannya sedikit badanku dari badannya, kemudian dia duduk. Sambil duduk,
diambilnya sisa air mani di perutnya, lalu dioleskan ke kontolku. Dia mulai
lagi ngocok barangku memakai maninya sebagai pelumas. Nggak butuh waktu lama,
barangku yang sudah lelah menunggu dari tadi langsung bereaksi. Dia langsung
bongkar muatan. Cairan putih kental hangat itu nyemprot tak terbendung, langsung
kena badannya. Sebagian jatuh di kasur.
Lalu kepalanya menunduk. Tangannya
meraih kepalaku. Diciumnya bibirku dengan hangat. "Alex," katanya,
"sudah lama aku berharap seperti ini.". Lalu dia memeluk aku,
menindihi badan aku. Dada ketemu dada, perut ketemu perut, kontol ketemu
kontol. Mani aku dan maninya bercampur. Malam itu kami tidur berpelukan.
"Ah, andai saja aku tau dari
dulu bahwa dia juga menginginkan hal yang sama !!! "
Lalu besoknya, dan besoknya, dan
besoknya kami selalu mencari kesempatan untuk bisa sering bersama. Mandi
bersama setelah semua orang pergi, surfing internet bareng, sama-sama
terjemahkan cerita di MOTN, dan masih banyak lagi. May be next time I'll tell
you some of our experiences.
C.U. next time.