'Disogok' Satpam
Siang itu aku pergi ke kantor PLN
untuk mencari data-data laporan praktek kerjaku. Sampai di sana kulihat kantor
sudah sepi. Cuma ada seorang Satpam yang duduk di kantornya. Karena sebelumnya
aku sudah sering ke situ, dengan tenang aku melangkah masuk ke pintu gedung.
Tapi
"Hei, mau ke mana kamu ?"
Satpam itu tiba-tiba menegurku.
"Mau ke ruang Pemasaran, Pak
"jawabku sambil menghentikan langkah.
Satpam itu melangkah mendekat. Ia
tidak terlalu tua. Mungkin sekitar 30-an. Badannya bagus, tinggi dan tegap. Rambutnya
model Akabri. Wajahnya cakep tapi kelihatan tidak ramah.
"Kantornya sudah tutup
"katanya dingin.
"Tapi saya sudah janji ketemu
sama Pak Sutopo di sana, Pak "kilahku.
"Pak Toponya sudah pulang dari
tadi "jawabnya, "sudahlah, lain kali saja ..."
"Tapi ini penting sekali
"kataku ngotot.
"Apanya yang penting ? Lebih
penting mana dengan tugas saya menjaga kantor ini ? Kalau sampai ada apa-apa
yang hilang, apa kamu juga menganggap itu penting ? Sudah, pergi sana ...
"usirnya.
Aku menjadi naik darah mendengarnya.
"Huh, jadi Satpam aja sok
"gerutuku, "tak-emut kuwi ..."
Sebenarnya aku reflek mengucapkan
kata-kata itu. "Tak-emut kuwi' yang dalam bahasa Jakarta mungkin diucapkan
'Kuemut sekalian, dah ...' sering diucapkan teman-temanku untuk menggoda salah
seorang rekan yang kebetulan rambutnya plontos alias tidak ada rambutnya.
Maksudnya 'kuemut sekalian ubun-ubunmu itu'. Tapi aku lupa yang kuhadapi
sekarang bukan temanku, tapi Satpam cakep yang galak ini. Diam-diam aku
berharap dia tidak mendengar kata-kataku barusan. Tapi harapanku meleset.
"Apa katamu ? "tanyanya
keras, "coba ulangi ... "
Aku agak keder juga mendengar
suaranya.
"Ayo,ulangi ... "
"Tak-emut kuwi ...
"ulangku pelan.
Dia mencengkeram lenganku.
"Berani kamu, ya. Tau rasa kamu
kalau taksuruh ngemut betulan ... "
Aku diam saja.
"He, mau kamu taksuruh ngemut
punyaku ?"bentaknya.
Aku tetap diam.
Tiba-tiba dia menyeretku ke dalam
gedung.
"Sini kamu "katanya sambil
terus menyeretku, "kamu harus diberi pelajaran ... "
Dia membawaku ke ruangan kosong di
belakang. Sampai disitu aku didorong jatuh ke lantai.
"Duduk dan ikuti perintahku
"katanya.
Aku duduk bersandar dinding. Satpam
itu kulihat melolosi ikat pinggangnya. Lalu membuka ritsleting celana birunya
yang ketat. Sekejap celana dalam putihnya kelihatan.
Selangkah demi selangkah ia
mendekatiku. Sekarang selangkangannya persis di depan wajahku.
"Sekarang, buka !
"perintah Satpam itu.
Dengan gemetar aku meraih segitiga
itu. Mengusap tonjolannya sebentar, kemudian dengan perlahan menurunkan karet
celana dalam itu.
O, My God ! Satpam itu mempunyai
kontol yang bagus dan 'segar'. Pertama kelihatan ujungnya yang berwarna merah
tua keunguan. Bekas sunatannya tampak mulus, seolah-olah dia dilahirkan sudah
dalam keadaan tersunat. Lubang kontolnya sempit. Sempat kubuka lubang itu dan
kulihat lorong yang basah di dalamnya. Batas antara kepala kontol dengan
batangnya tampak jelas berupa tepian melengkung yang bagus. Kuturunkan lagi
celana itu. Batang kontolnya penuh dengan urat-urat kontol. Kantung pelirnya
bergantung kencang. Rambutnya ... ia mempunyai rambut-rambut halus dari bawah
pusar, terus melebat ke bawah dan menyemak di sekitar kontolnya, ke samping
kanan dan kiri terus ke belakang sampai pantat. Rambutnya keriting dan
panjang-panjang. Rambut tubuhnya juga lebat di sekitar paha dan kakinya.
"Sekarang kau emut itu !
"perintah yang punya kontol ,tetap dengan nada dingin dan keras.
Aku mulai dengan menjilat-jilat
kantung pelirnya, sesekali mengulum 'telur'nya. Sementara tanganku
mengusap-usap batang kontolnya terutama di perbatasan dengan kepalanya. Terasa
kontolitu makin lama makin mengeras. Kunikmati bau dan rasa selangkangan Satpam
itu dengan sepenuh hati.
Terus kulanjutkan dengan menjilat
menyusur batang kontolnya terus makin ke atas. Akhirnya kulingkari kepala
kontol itu dengan lidahku untuk kemudian mulai kumasukkan ke mulutku.
Reaksi pertama dari Satpam itu
adalah terdengar dengusan nafasnya, tapi mulutnya tidak bersuara sedikit pun.
Kumasukkan kepala kontol itu
dalam-dalam. Bibirku sampai menyentuh pangkalnya. Kumainkan langit-langit mulut
dan lidahku untuk menggelitiki batang kontol di dalam mulutku habis-habisan,
membuat wajahnya kulihat memerah kepuasan. Dadanya turun naik. Terengah-engah.
Tapi ia masih saja tak bersuara.
Setelah itu aku mulai menggerakkan
mulutku maju mundur,membuat kontol itu keluar masuk lubang mulutku. Suara
kecipak kontol dengan mulut terdengar di ruangan itu. Tanganku memegang kedua
belah pantatnya. Cukup lama kegiatan itu berlangsung sampai kusadari badannya
ternyata tidak pasif,namun ikut bergerak maju mundur. Bahkan kemudian gantian
aku yang kecapekan membiarkan kontolnya yang aktif bergerak maju mundur keluar
masuk lubang mulutku.
Karena kontolnya cukup panjang,
setiap ia menyorongkan kontolnya,kepalaku agak mundur ke belakang untuk
menghindari kontolnya supaya tidak masuk terlalu dalam. Selain itu agar aku
bisa mengambil nafas dengan enak. Rupanya ia tidak menyukai hal ini.
Tiba-tiba saja ia memegang kepalaku
lalu mendorong kepalaku menempel tembok. Selangkangannya digeser tepat di depan
wajahku, sehingga kepalaku sekarang terhimpit di antara selangkangan dan tembok
di belakangku. Kepalaku tidak bisa berkutik lagi.
Akhirnya Satpam itu bisa dengan puas
menyatroni lubang mulutku. Tiap kali ujung kontol itu masuk, ia menekannya
dalam-dalam hingga aku sampai hampir keselak. Bahkan gerakan kepalaku ke
samping pun ia halangi dengan memegang kedua sisi kepalaku erat-erat. Mulutku
akhirnya pasrah menerima sepak terjang kontolnya.
Makin lama gerakannya makin liar.
Kulihat wajahnya sudah memerah padam dan giginya menggigit bibir bawahnya.
Dadanya dan pahanya membasah oleh keringat. Terdengar bunyi nafasnya yang memburu.
Akhirnya detik-detik puncak pun
tiba. Pertama pegangan di kepalaku terasa makin erat, nyaris meremas rambutku.
Kemudian terdengar keluhan dan erangan yang tidak jelas dari mulutnya.
Sementara itu gerakannya semakin cepat dan liar. Di mulutku kontol itu terasa
besar dan hangat.
Suatu saat kulihat matanya memejam
lalu mulutnya yang sedari tadi tak bersuara mulai mengeluarkan erangannya yang
keras.
"Oooogggggghhhhhhhhh
............. "
Lalu terasa di mulutku cairan
laki-lakinya yang hangat, mula-mula menetes sedikit, berikutnya terasa
semprotannya keras mengenai bagian belakang mulut. Pada saat orgasme ini
gerakannya tidak terkendali. Sekitar sepuluh detik kemudian kukeluarkan kontol
itu dari mulutku yang sudah penuh cairannya. Pada saat di tanganku kontol itu
masih berdenyut dan menyemprotkan cairan putih kental ke mukaku. Kutuntaskan
kenikmatannya dengan mengocok kontolnya memakai tanganku.
Orgasmenya masih berlangsung
beberapa detik kemudian, ditandai dengan keluarnya air maninya meskipun tidak
lagi tersemprot hebat. Sampai akhirnya tetes-tetes cairan itu habis dan ia
menarik nafas panjang kepuasan.
Kuseka sisa air main di ujung
kontolnya dan di mukaku. Ketika kulihat wajahnya saat ia berpakaian
kembali,kuharap ada seberkas senyum diberikan kepadaku. Tapi sia-sia. Ia masih
memasang wajah dingin dan garang seperti tadi.
Akhirnya setelah selesai berpakaian,
ia menarikku keluar.
"Sudah, pulang sana. Lain kali
saja ke sininya ... "usirnya.
Aku terpaksa mengalah. Nggak apa-apa
deh, tugas ketunda. Yang penting hari ini aku bisa ngerasain kontol seorang
Satpam yang biar galak tapi cakep!