Ketika Rudi didorong memasuki
ruangan tampak dua orang satpam sedang duduk. Yang seorang segera berdiri
mengunci pintu dan mendekati Rudi. Didadanya tertulis namanya, Herman, wajahnya
ganteng, berkumis tipis, badannya kekar dan atletis. Rambutnya cepak bergaya
ABRI. Pakaiannya yang ketat, terutama celananya, samar-samar menon-jolkan
bentuk alat kelaminnya. Benda bulat panjang itu tampak membayang pada celananya
yang ketat. Wajahnya nampak dingin dan sadis dibalik kegante-ngannya. Ia
berdiri dan mengelilingi Rudi. Tiba-tiba rambut Rudi ditariknya dan ia memaksa
Rudi berlutut didepannya.
Muka Rudi didekatkannya ke badannya
dan tangannya yang satu lagi membuka retsleting celananya. Celana dalamnya
berwarna putih ketat, sehingga kemaluannya nampak tegas terbayang. Ditariknya
kepala Rudi sehingga hidung Rudi menempel pada alat kelaminnya dibalik celana
dalamnya yang ketat itu. Digosok-gosokkannya muka Rudi pada kemaluan-nya,
kemudian perlahan-lahan celana dalamnya diturunkan, sehingga nampak kemaluannya
yang besar dikelilingi bulu-bulu yang lebat. Batang pelirnya nampak setengah
tegang dan kepalanya yang berwarna merah tua terayun-ayun didepan hidung Rudi.
Buah pelir yang besar berwarna hitam tergantung dibawah batang pelir itu.
Bulu-bulu hitam keriting nampak lebat sekali mengelilingi kemaluan Herman yang
besar itu.
"Isap ini !" perintahnya.
Rudi mencoba memberontak ketika ia
mendekatkan alat kelaminnya kemulut Rudi. Bau kelamin laki-laki yang khas
menusuk hidung Rudi, bau air mani yang mengering dicampur bau air kencing. Tapi
tangannya yang perkasa memegang kepala Rudi.
"Jangan pura-pura, kamu suka
mengisap kontol kan" bentaknya.
Dengan jari telunjuk dan ibu jari,
dijepitnya pipi Rudi dengan paksa. Karena kesakitan, Rudi membuka juga mulutnya
dan Herman memasukkan batang pelirnya pelan-pelan kemulut Rudi. Terasa
bulu-bulu jembut Herman menggelitik hidung Rudi dan bau kontol laki-laki
memenuhi hidung Rudi.
"Awas, kalau sampai kena
gigimu, kurontokkan nanti" bentaknya lagi.
Perut Rudi terasa mual tapi
ditahannya sekuatnya supaya tidak muntah. Herman memompakan batang pelirnya
didalam mulut Rudi, masuk keluar. Terasa pelir Herman mulai tegang dan membesar
dalam mulut Rudi. Rasa asin dan bau kelamin laki-laki membuat Rudi mual. Batang
pelir itu begitu panjang dan besar, sehingga setiap kali menyodok tenggorokan-
Rudi, ia hampir muntah. Kedua tangan Herman meme-gang kepala Rudi dan
ditekannya dalam-dalam ketika kemaluannya memasuki mulutnya. Rudi mencoba
memberontak dan melepaskan diri tapi tangannya yang kekar makin kuat memegang
kepala Rudi. Lama-lama gerakkannya makin cepat dan napasnya pun mulai memburu.
Kepala Rudi digoncang-goncang-kannya
dengan kuat sehingga Rudi terengah-engah. Kemudian menyemprotlah air maninya
yang kental di dalam mulut Rudi langsung ketenggorokan, sehingga mau tak mau
tertelanlah air mani dengan baunya yang khas itu. Rudi tersedak dan
terbatuk-batuk, tapi malah ditekannya kepala Rudi sehingga kontol Herman masuk
semua kedalam mulut Rudi ketika orgasme. Terasa oleh Rudi semprotan air mani Herman
yang kuat memasuki tenggorokan Rudi berkali-kali. Rasa asin dan bau sperma yang
khas memenuhi mulut Rudi.
"Telan semua, awas kalau ada
yang kau tumpahkan" katanya dengan sadis. Dengan terpaksa Rudi menelan
semua air mani Herman yang terasa asin itu, kemudian ia mencabut kemaluannya
dari mulut Rudi dan dioleskannya sisa-sisa cairan kental berwarna putih itu
kepipi Rudi. Satpam yang seorang lagi Roy tertawa dan berkata:
"Kita perkosa yuk"
"Jangan Pak.... ampun
Pak......." Rudi menghiba, tapi sia sia saja. Roy dan Herman menelanjangi
Rudi dengan paksa. Rudi meronta-ronta tetapi kedua tangannya dipegang oleh Roy
sementara Herman melucuti celana Rudi. Ditariknya juga baju dan celana dalam
Rudi sampai robek. Rudi berdiri telanjang bulat didepan mereka. Herman mendekat
dan memegang batang pelir Rudi dengan tangan kanannya sementara Roy masih
memegang kedua tangannya.
"Gede juga barang lu..."
kata Herman sambil menyeringai. Batang pelir Rudi dipegangnya dan dikocoknya
pelan-pelan sehingga kemaluan Rudi berdiri menegang. Tangannya pindah kebawah
dan dibelai-belainya biji pelirnya. Rudi terangsang oleh rasa nikmat sehingga
kemaluannya makin ngaceng dengan kerasnya. Sambil tersenyum ia memanda-ngi Rudi
dan tiba-tiba tangannya meremas biji pelir Rudi kuat-kuat.
"Aaghhhhh........" Rudi
menjerit kesakitan.
Roy memegangi tangan Rudi dan
menelikungnya kebelakang. Didudukannya Rudi di kursi dengan paksa, tangan Rudi
diikat kebelakang dan kedua kakinya diikat ke kaki kursi itu. Rudi
meronta-ronta tapi apakah daya Rudi melawan satpam muda yang perkasa itu.
Ditamparnya Rudi berulang-ulang sehingga pandangan Rudi berkunang-kunang.
"Diam kau, bajingan !"
bentak Roy.
Herman memegang batang pelir Rudi
dan pelan-pelan dikocoknya kontol Rudi. Alat kelamin Rudi menegang kembali
dengan kerasnya. Tangannya yang kuat terus melocok kemaluan Rudi sambil
sekali-sekali diremasnya batang pelirnya. Rudi mengerang karena ada juga rasa
nikmat bersamaan dengan rasa sakit yang dirasakannya. Roy mendekat sambil
tersenyum sadis. Wajahnya yang ganteng itu nampak bengis ketika kedua tangannya
meraba-raba dada Rudi. Jari-jari tangannya berhenti di kedua puting susu Rudi
dan dijepitnya dengan ibu jari dan telunjuknya. Dipilin-pilinnya kedua puting
susu Rudi dan ditarik-tariknya bagian tubuh Rudi yang sensitif itu. Rudi
mengaduh kesakitan. Herman memanda-ngi Rudi sambil tangannya terus meloco Rudi.
Mulutnya tersenyum dengan sinis dan berkata :
"Enak ya"
Tiba-tiba ia berhenti meloco Rudi.
"Keenakan lu......!"
bentak Herman. Wajahnya menjadi bengis. Kontol Rudi yang sedang menegang
dipegangnya dengan satu tangan. Ditariknya kulit kemaluan Rudi kebelakang dan
ditekannya kuat-kuat, sehingga batang pelir Rudi membesar dan lubang kema-luan
Rudi terbuka lebar-lebar. Kepala kelamin Rudi tampak besar dan berwarna merah
tua karena darah yang terhenti dijepit tangan Herman yang perkasa itu.
Tangannya yang lain memegang sebatang plastik berwarna putih. Rudi menahan
napas ketika batang plastik itu pelan-pelan dimasukkan-nya ke dalam lubang
kelaminnya. Sakitnya tak tertahankan sehingga Rudi menjerit kuat-kuat. Roy
membekap mulut Rudi dan dimasuk-kannya saputa-ngan ke mulut Rudi.
Herman memandangi Rudi dengan sadis,
mulutnya tersenyum ketika perlahan lahan batang plastik itu ditekannya
dalam-dalam. Rasa sakit yang luar biasa membuat badan Rudi terangkat keatas.
Tapi Roy meninju perut Rudi sehingga ia terduduk kembali. Setelah hampir
separuh batang plastik itu masuk dalam kontol Rudi, ditariknya lagi
perlahan-lahan. Pedih, panas dan entah apa lagi rasa sakit yang Rudi -rasakan
pada lubang kemaluannya. Kemudian dimasukkannya lagi batang plastik itu,
ditarik lagi berulang-ulang. Rasa sakit dan nikmat bergantian terasa sampai
keubun-ubun. Akhirnya dicabutnya batang plastik itu dari lubang pelir Rudi.
Setetes darah nampak keluar dari lubang pelirnya.
Rudi memekik ketika plastik putih
itu dimasukkan kembali, tapi suaranya tidak keluar karena mulutnya disumpal
saputangan. Sekali lagi penyiksaan itu berlangsung, kelamin Rudi serasa
terbakar ketika batang plastik itu memasuki lubang pelir yang sempit itu. Rudi
meronta-ronta dan menjerit, tapi hanya suara ah.. uh.. yang terdengar karena
mulutnya tersumpal. Sementara batang plastik itu memasuki lubang pelir Rudi,
Roy meremas-remas buah pelir Rudi dengan kuat. Rasa sakit yang luar biasa
membuat Rudi berkunang-kunang dan kepalanya berdenyut-denyut bagai dipalu
dengan godam raksasa. Akhirnya berakhirlah siksaan itu, dicabutnya batang
plastik itu dari lubang pelir Rudi dan dibukanya ikatan kakinya. Sapu tangan
yang menyumpal mulut Rudi dikeluarkannya. Dipaksanya Rudi berdiri dengan
telanjang bulat. Borgol tangan Rudi dibuka juga, tapi ia hampir tidak bisa
berdiri tegak karena kesakitan.
"Kesini kau " bentak
Herman. Rambut Rudi ditariknya dengan kasar sehingga ia terhuyung. Diseretnya
Rudi kebangku dan ditelungkupkan-nya badan Rudi dibangku kayu yang kasar itu.
"Ikat tangannya Roy, kita
kerjain bajingan ini " kata Herman kepada Roy. Rudi menelungkup pada
bangku kayu itu dan kedua tangan Rudi diikatnya dikaki bangku sedang kedua kaki
Rudi dibiarkan menggantung.
"Mandi ya" terdengar suara
Roy dibelakangnya. Tiba-tiba terasa dingin dipantat Rudi. Rupanya Herman sedang
menyemprotkan selang air ketubuh Rudi dan tiba tiba dimasukkannya ujung selang
itu ke dalam lubang pantatnya.
"Enak nggak ?" tanya
Herman sedang Roy tertawa terbahak-bahak. Air yang bertekanan tinggi itu
memasuki usus Rudi dan perutnya terasa kembung pelan-pelan. Mula-mula terasa
nikmat ketika air mengalir memasuki lubang pantat Rudi. Lambat laun terasa
perutnya mulas karena air sudah mulai memasuki usus besar Rudi. Rasa mulas
makin melilit dan perut Rudi terasa hampir pecah terisi air. Rudi meronta-ronta
tapi percuma saja karena tangannya terikat dibangku. Terasa kemaluan Rudi mulai
menegang ketika penyiksaan itu berlang-sung.
"Kamu sering diperkosa laki-laki
kan ?" tanya Roy.
Kemudian dicabutnya selang itu dari
lubang pantat Rudi. Air keluar menyemprot keluar dari anusnya. Diinjaknya tubuh
Rudi dan ditekan-tekannya punggung Rudi dengan kakinya sehingga keluar semua
air dari dalam perutnya. Lalu sekali lagi ujung selang karet itu ditusukkan ke
dalam lubang pantat Rudi, pelan-pelan dan sedikit demi sedikit ujung selang itu
memasuki anusnya. Rudi mengerang karena rasa sakit yang luar biasa ketika ujung
selang itu menyentuh bagian dalam anusnya. Kemudian ujung selang itu ditarik
kembali dengan perlahan, dan sebelum keluar semua, ditusukkan kembali ke dalam
anus Rudi. Kemalu-an Rudi terasa makin menegang dan berdenyut-denyut ketika
ujung selang itu dipompakan kedalam duburnya. Tak terasa air yang memasuki usus
Rudi kali ini, karena rupanya Herman sedang memperko-sa Rudi dengan selang air
itu. Ditariknya dan ditusukkannya selang air itu berulang-ulang ke lubang
pantat Rudi.
Akhirnya keran air dibuka lagi dan
air masuk lagi keusus Rudi. Kali ini tekannya tidak terlalu tinggi, sehingga
tidak terasa sakit, bahkan ada rasa nikmat ketika air mengalir perlahan lahan
memasuki ususnya. Rasa dingin dan nyaman terasa ketika air mengalir dan
menggesek bagian dalam anus Rudi. Tetapi lama kelamaan penuh juga perut Rudi terisi
air dan rasa mulas kembali melilit. Akhirnya tidak tertahankan lagi rasa mulas
dan sakit diusus dan perutnya sehingga Rudi terengah-engah kehabisan napas.
Baru dicabutnya selang itu dan sekali lagi menyemprotlah air dari lubang pantat
Rudi. Rupanya ia sedang membersihkan lubang pantat dan usus besar Rudi, sebelum
memper-kosanya. Diinjaknya kuat-kuat punggung Rudi dengan kakinya sehingga Rudi
mengerang kesakitan.
Sekali lagi air menyemprot keluar
dari anus Rudi mengalir membasahi kedua kakinya. Tak lama kemudian terasa
tangan Herman meraba-raba lubang dubur Rudi. Mula-mula jari telunjuknya
dimasukkan-nya kedalam anus Rudi dan diputar-putarnya didalam. Ada rasa nikmat
bercampur rasa sakit yang Rudi rasakan ketika telunjuk Herman menggesek bagian
dalam duburnya. Kemudian dua jari dimasukkannya kedalam pantat Rudi. Mulai
terasa sakit ketika dua jari itu masuk dan keluar lubang pantat Rudi. Terasa
kemaluan Rudi menegang kembali dengan sendirinya. Ketika kedua jari itu berada
didalam lubang anus Rudi, dibengkokkannya jari-jarinya dan dikorek-koreknya
pantat Rudi sehingga Rudi menjerit kesakitan.
"Ampun...ampun Pak.... jangan
Pak.... sakit...." Rudi menjerit-jerit. Keringat bercucuran dari badan
Rudi menahan siksaan yang sadis itu.
"Ini baru jari, biasanya kontol
laki-laki kan yang masuk ke pantat lu " kata Herman dengan sinis. Ketika
akhirnya dua jari itu dicabut dari lubang pantat Rudi, ia melenguh lega, karena
lepas dari siksaan gila itu. Tapi kegembiraan Rudi tak lama, karena segera ia
merasa ada benda kenyal memasuki lubang anusnya. Rupanya Herman sedang mencoba
untuk memasukkan pelirnya yang sedang ngaceng itu kedalam dubur Rudi. Rudi
berteriak kesakitan :
"Aaaahh...... jangan Pak.....
ampun ..... jangan....."
"Jangan pura-pura, lu kan doyan
diperkosa." kata Roy. Rasanya hampir robek lubang tubuh Rudi yang tidak
terbiasa dilalui benda sebesar kemaluan Herman. Rudi meronta-ronta kesakitan,
tapi Herman terus memaksa memasuk-kan batang pelirnya yang besar dan keras itu
kedalam pantat Rudi. Karena tidak berhasil ia meludah ditangannya dan
dilumurinya ujung kontolnya dengan ludah. Sekali lagi ditusuk-kannya batang
pelirnya kedalam pantat Rudi. Rudi berteriak kuat-kuat :
"Aaaghhhhhh........"
Tangannya memegang pinggul Rudi dan
dengan perlahan dipaksanya batang pelirnya yang besar itu memasuki lubang anus
Rudi. Kali ini pelirnya yang panjang itu masuk dengan mulus kelubang dubur
Rudi. Pantat Rudi serasa terbelah dan Rudi merasa kesakitan yang luar biasa.
Herman mencabut kembali kontolnya dengan perlahan dan kemudian menusukkannya
kembali ke dalam dubur Rudi. Makin lama gerakannya makin cepat, sedangkan Rudi
berteriak dan menjerit-jerit karena rasa sakit yang luar biasa dirasakan pada
anusnya yang untuk pertama kalinya diperkosa.
"Fuck you, fuck you, uuuhhh
" Herman berteriak-teriak sambil terus memompakan batang pelirnya kedalam
lubang pantat Rudi. Rudi terus menjerit-jerit dan merintih karena sakit yang
luar biasa. Setiap kali Herman menekankan kontolnya yang besar itu Rudi memekik
kesakitan, rasanya lubang duburnya hampir terbelah, panas dan sakit. Begitu
kontol yang besar itu dicabut rasa sakit berganti rasa nikmat. Demikianlah
sakit dan nikmat berganti-ganti terasa di dubur Rudi.
"Mampus lu,
uuh....aaagghhh......." Herman mengerang dengan nikmat. Roy yang berdiri
didepan Rudi perlahan-lahan membuka celana coklatnya. Celana dalamnya yang
putih dan ketat itu tidak dapat menampung kelamin Roy yang besar itu sehingga
ujung kontol Roy tampak menyembul keluar. Bulu-bulu jembutnya yang lebat keluar
dari sela-sela celana dalamnya yang ketat itu. Kepala pelirnya yang menyembul
dari balik celana dalamnya nampak membesar. Pelan-pelan diturunkannya celana
dalamnya dan dilepasnya. Batang pelir yang setengah tegang itu kini tampak
seluruhnya. Kepala pelirnya besar dan berwarna merah tua, demikian juga buah
pelirnya yang besar nampak menggantung. Sekali lagi bau laki-laki yang khas,
bau peju dan kencing memenuhi lubang hidung Rudi.
Dibukanya pula baju seragamnya
sehingga Roy kini berdiri telanjang bulat didepan Rudi. Badannya tegap dan
atletis, perutnya berotot. Bulu dadanya tumbuh lebat, demikian juga jembutnya
yang hitam lebat tumbuh mengelilingi kontolnya yang besar berwarna hitam,
kontras sekali dengan badannya yang putih itu. Buah pelirnya yang besar
menggantung dibawah batang pelir yang setengah tegang itu. Roy
menggeser-geserkan kemaluannya kemuka Rudi. Dipukul-pukulkannya batang pelirnya
ke muka Rudi sehingga cairan pekat diujung kontolnya terasa dipipi Rudi.
Ditempelkan-nya ujung kontolnya kehidung Rudi. Bau mani kering dan bau kencing
terpaksa dihirupnya juga.
"Jilat kontolku" perintah
Roy dengan sadis. Karena Rudi diam saja, Roy menjadi marah. Dua jarinya
dimasukkan kelubang hidung Rudi dan ditekannya kuat-kuat. Rudi menjerit
kesakitan tapi ia tidak perduli dan tampaknya ia sangat menikmati penderitaan
Rudi itu. Karena kesakitan sekali terpaksa Rudi menjilat kepala kelamin itu,
baru kedua jarinya dilepaskan dari lubang hidungnya. Rasa asin dan bau kelamin
laki-laki membuat Rudi hampir muntah.
"Jilat juga buah pelirku"
kata Roy sambil mengerang-erang kenikma-tan.
Dengan menahan rasa muak Rudi
menjilat juga kantong pelir Roy yang ditumbuhi bulu-bulu jembut kasar itu. Rasa
asin dan bau kontol akhirnya tidak membuat Rudi muak lagi. Dengan paksa
dibukanya mulut Rudi dengan jari-jari tangannya yang kuat dan dipaksanya Rudi
mengisap batang pelirnya sementara Herman masih terus memperkosa pantat Rudi
dengan kemaluannya yang besar itu. Dua kelamin laki-laki memasuki tubuh Rudi
pada saat yang bersamaan, satu di mulut dan satu di pantat. Roy memompakan
kontolnya kedalam mulut Rudi dengan sadis. Setiap kali batang pelirnya yang
panjang itu mengenai tenggorok-an Rudi rasanya hampir muntah. Kedua tangannya
memegang kepala Rudi dan menekan kepala Rudi kuat-kuat. Sementara Herman makin
kuat menyetubuhi dubur Rudi. Tiba-tiba terasa semprotan air mani Roy memenuhi
mulut Rudi, membu-at Rudi terbatuk-batuk. Roy masih memompakan batang pelirnya
sambil menyem-protkan berkali-kali cairan putih yang kental dan berbau khas itu
ketenggorok-an Rudi.
"Ah....ah....ah....oohhh...."
Roy mengerang-erang ketika orgasme. Banyak sekali air mani Roy yang keluar.
Rupanya sudah lama ia tidak mengalami orgasme.
"Telan semua, bajingan, telah
semua maniku, awas kalau ada yang tumpah keluar, kuhajar kamu, bangsat."
bentak Roy dengan beringas. Rambut Rudi ditariknya dan ditekannya kuat-kuat
kepala Rudi sehingga kemaluannya masuk semua kemulut Rudi. Dengan
tersedak-sedak terpaksa Rudi menelan semua air mani Roy yang terasa asin dan
berbau khas itu. Roy tertawa puas sambil mencabut alat kelaminnya dari mulut
Rudi dan dioles-oleskannya sisa air maninya kemuka Rudi. Sementara itu Herman
masih terus menyetubuhi dubur Rudi dengan alat kelaminnya yang besar itu.
Tangannya kadang-kadang memukul pantat Rudi sehingga lubang pantat Rudi
mengkerut dengan sendirinya.
Tangan kanannya memegang batang
pelir Rudi dan mengocoknya pelan-pelan. Kadang-kadang buah pelir Rudi
diremas-remasnya dan kembali kontol Rudi dilocoknya. Lambat laun gerakannya
makin kuat, rasa sakit dan nikmat yang Rudi rasakan membuat ia terengah-engah.
Rasa sakit dilubang pantat Rudi diimbangi dengan kenikmatan pada batang
pelirnya yang sedang dikocok Herman membuat kombinasi rasa yang susah
dilukiskan. Akhirnya terasa air mani Rudi hampir keluar dan tak tertahan lagi
menyemprotlah air maninya keluar dan berceceran dilantai.
"Aaaaagghhhhhhhh.............."
Rudi melenguh panjang dan pada saat itu juga Herman mencapai orgasme dan
maninya menyemprot dengan kuat beberapa kali dalam lubang pantat Rudi. Setelah
mengejang beberapa kali dicabutnya dengan kasar batang pelirnya. Terasa oleh
Rudi cairan kental keluar dari anusnya mengalir di kedua kakinya.
bersambung..............(brondong@hotmail.com)